LEGENDA TEPIAN MUSI SEBAGAI CERMINAN KESANTUNAN BERBAHASA DAN KEARIFAN LOKAL
Abstract
Abstrak: Sastra merupakan hasil kreativitas suatu masyarakat yang mencerminkan identitas budayanya. Pemahaman akan identitas budaya mutlak diperlukan untuk mewujudkan karakter bangsa, yang dalam hal ini bangsa Indonesia. Kesantunan berbahasa merupakan salah satu bentuk identitas penutur bahasa Indonesia. Legenda Tepian Musi merupakan salah satu sastra lisan masyarakat Sumatera Selatan yang selalu dihubungkan dengan aktivitas manusia di sungai. Dalam legenda ini banyak pembelajaran yang dapat diambil dan diajarkan kepada siswa dalam rangka membangun karakter bangsa dan mewujudkan kearifan lokal sejak dini. Salah satunya adalah pembelajaran kesantunan berbahasa. Mengajarkan bahasa tidak hanya mengajarkan tentang teori berbahasa tetapi juga mempelajari bagaimana menggunakan bahasa sehingga komunikasi dengan lawan tutur terjaga dengan baik. Sopan santun berbahasa dilakukan seseorang karena terdorong oleh rasa hormat kepada orang lain, baik kepada orang tua, orang yang dihormati, orang mempunyai kedudukan, orang yang baru dikenal, dan sebagainya. Nilai-nilai inilah yang harusnya muncul dalam pembelajaran bahasa. Untuk mengajarkan nilai-nilai ini dapat dimanfaatkan sastra lisan dalam hal ini Legenda Tepian Musi. Dengan demikian, melalui pembelajaran bahasa Indonesia dengan pemanfaatan sastra, kita dapat membangun karakter bangsa dan kearifan lokal.
Full Text:
PDFReferences
Austin, J.L. 1978. How to Do Things with Words. Cambridge : Harvards University Press.
Boeriswati, Endry. 2010.“Konstruksi Karakter Bangsa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia” dalam Prosiding Idiosinkrasi: Pendidikan Karakter Melalui Bahasa dan Sastra. Anoeggrajekti, Sudartomo M. Dan Endry B. (Editor) Yogyakarta: Keppel Press
Grice, H.P. 1975. “Logic and Conversation” dalam Cole; P&J.L Morgan. 1975. Syntax and Semantics Vol 3 : Speech Acts . New York: Akademic Press.
Gunarwan, Asim. 1992. “Persepsi Kesantunan Direktif di dalam Bahasa Indonesia di antara Beberapa Etnik di Jakarta”, dalam Kaswanti Purwo (ed.) Bahasa dan Budaya. Jakarta: PELBA 5.
Leech, G. 1989. Principle of Pragmatics. London : Longman.
Muslich, Masnur. 2007. “Kesantunan Berbahasa: Sebuah Kajian Sosiolinguistik”. http://www.masnur-muslich.blogspot.com. Diakses tanggal 20 April 2010. Rachmat Djoko
Pradopo, dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita
Graha Widya.
Pranowo.2008. “Kesantunan Berbahasa Indonesia Sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa”. Makalah disajikan pada Kongres IX Bahasa Indonesia Internasional, Jakarta, 28 Oktober s.d. 1 November 2008.
Republik Indonesia.2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemko Kesejahteran Rakyat.
Supriatin, Yeni Mulyani. 2007. “Kesantunan Berbahasa dalam Mengungkap Perintah”. Linguistik Indonesia. Tahun ke-25, nomor 1. Jakarta: Yayasan Obor.
Searle, J.R. 1987. Speech Acts: An Eassey in the Philoshophy of Language. Cambridge : Cambridge University Press.
Syarofi, Yudi. 2008. Legenda Tepian Musi. Palembang: Pemerintah Sumatera Selatan.
Wijana, I Dewa Putu. 2003. Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa.Yogyakarta: Ombak.
Article Metrics
Abstract view : 351 timesPDF - 462 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.