Monitoring Penyakit Layu Sclerotium pada Cabai Merah (Capsicum annuum L ) di Desa Simpang Sawit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir
Abstract
Hamidson, H., Suparman, S., Pratama, F., Sari, K. N., Lince, A. A. P. R., Nabila, A., Alviana, V. A., Oktareni, S. S., Syachputra, M. R., Ayu, P., Marta, S. H. T., Nadila, N., Nugroho, M. A., Arsi, A., Tricahyati, T. (2024). Monitoring sclerotium wilt disease in chillies (Capsicum annuum L) in Simpang Sawit Village, Indralaya Sub-district, North Ogan Ilir Regency. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-12 Tahun 2024, Palembang 21 Oktober 2024. (pp. 886–894). Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI).
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan selain cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tujuan dari praktek lapanagn ini adalah monitoring penyakit sclerotium pada tanaman cabai merah di Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir. Praktek lapangan ini dilaksanakan dengan metode survei dimana penarikan sampel secara laju perkembangan penyakit. Data yang digunakan dalam praktek lapangan ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan petani, sedangkan data sekunder adalah data-data penunjang dari data primer, yang didapatkan melalui jurnal, buku, arsip-arsip. Berdasarkan hasil praktek lapangan di kecamatan indralya utara kabupaten ogan ilir desa simpang sawit menunjukan pada pengamatan kejadian penyakit sclerotium rolfsii yang diperoleh pada pengamatan penyakit berdasarkan pengamatan rerata persentase keparahan penyakit layu Sclerotium tinggi pada pengamatan pertama rerata 10 % dan pada pengamatan selanjutnya mengalami penurunan pada pengamatan kedua 4,1% selanjutnya pada pengamatan ketiga mengalami penurunan lagi ,pengamatan ketiga sebesar 3,5 % berikutnya penurunan kembali pada pengamatan keempat 2,8 % dan rerata persentase keparahan penyakit yang terendah terjadi pada pengamatan kelima sebesar 2,7 %. Pengendalian layu Sclerotium selama ini hanya secara mekanis dengan mencabut dan membuang tanaman yang sakit. Cara pengendalian tersebut kurang efektif karena patogen masih mampu bertahan lama di dalam tanah, dengan membentuk organ pembiakan, yaitu sklerotia.
Keywords
Full Text:
PDFArticle Metrics
Abstract view : 46 timesPDF - 44 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.